Berdasarkan fenomena yang ada dari berbagai macam kendala permasalahan tingkat kecemasan pasien, yang mempengaruhi tingkat kecemasan yang ada terutama informasi yang tidak jelas dari tim medis tentang penyakitnya yang kurang diuraikan oleh perawat atau dokter terhadap pasien yang mempengaruhi terjadinya ketidak tahuan pasien dan mempengaruhi kecemasan pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan perilaku caring perawat yang tidak baik seperti komunikasi yang tidak baik, kasar, perawat yang tidak sigap dalam memberikan pengobatan pada pasien, tidak empati, lambat dalam bertindak sehingga 8 terkesan kurang professional. Dan masih banyak lagi contoh prilaku perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien yang jauh dari apa yang diinginkan pasien. Dari beberapa situasi yang ditemui pasien pertama kali datang ke Rumah Sakit bisa memunculkan reaksi emosional dalam diri pasien. Reaksi emosional akan timbul oleh beberapa keadaan yang dilami pasien seperti kemarahan, berduka, harapan, cinta, depresi, tidak berdaya, kesepian atau kesetiaan. Salah satu reaksi emosional yang sering dialami pasien di Rumah Sakit yaitu kecemasan dengan berbagai tingkatan kecemasan yang berbeda dari setiap reaksi kecemasan yang dialami pasien. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak tereskpresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas dan tidak terindentifikasi. 9 Lebih dari dua pertiga pasien di Rumah Sakit yang memiliki gejala kecemasan dan depresi selam hari-hari pertama perawatan dan dapat berubah seiring dengan kondisi pasien selama perawatan. Kecemasan juga timbul sebagai akibat hasil perawatan yang tidak pasti, gejolak emosi, masalah keuangan, perubahan peran, gangguan rutinitas dan lingkungan rumah sakit yang asing. Salah satu penyebab kecemasan pasien adalah prilaku caring perawat yang kurang baik. Disini peneliti akan focus pada prilaku caring perawat yang diharapkan bisa menurunkan tingkat kecemasan pasien..Ketidak tahuan perawat tentang perilaku caring yang benar dapat berpengaruh terhadap motivasi perawat dalam menerapkan perilaku caring. Prilaku terbuka overt behavior seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan caring kepada pasien dapat menumbuhkan rasa percaya yang tinggi pasien 10 demi kesembuhannya dalam perawatan diruang rawat inap. Tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan di rumah sakit, mempunyai daya ungkit yang besar dalam pelayanan keperawatan, karena didukung oleh proporsi tenaga terbesar dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain. Tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional memiliki kontribusi besar terhadap pelayanan prima yang diharapkan pasien di rumah sakit, karena perawat bertugas 24 jam setiap harinya dalam memantau perkembangan pasien. Perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien, yang tahu kondisi dan masalah yang dihadapi pasien, serta yang dapat menilai respon pasien secara terus.
Perilaku caring harus ditanamkan dan menjadi budaya yang melekat disetiap diri perawat, karena caring merupakan inti dalam praktek keperawatan. Setiap tindakan atau asuhan yang diberikan oleh perawat bukan hanya sekedar orientasi pada tugas semata (terselesaikannya pekerjaan), tetapi pada pemuasan kebutuhan pasien. Pemahaman perawat tentang perilaku caring perlu ditingkatkan, agar perawat dapat menerapkan perilaku caring tersebut pada pasien. Peningkatan pemahaman perawat tentang perilaku caring, salah satunya dapat melalui pelatihan. Pelatihan adalah metode terorganisasi yang memastikan bahwa seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk tujuan khusus yaitu mereka mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas kerja. Asuhan keperawatan tergambar pada sepuluh faktor carative yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan 65 keperawatan pada klien (Watson, 1987). Dari salah satu atau beberapa sepuluh factor. Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor karatif yang dikenal dengan Watson’s Ten Carative Factors yang meliputi:
- Membentuk sistem nilai humanisticaltruistik Nilai humanistik – altruistik merupakan nilai yang mendasari caring. Pemberian asuhan keperawatan berdasarkan pada nilai – nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi (altruistik) (Tomey & Alligood 2006). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan, interaksi dan kultur serta pengalaman pribadi. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor humanistik dan altruistik adalah memanggil nama klien dengan hormat sesuai dengan nama panggilan klien sehari – hari yang klien senangi, merespon panggilan klien dengan cepat walaupun sedang sibuk, mendengarkan dan memperhatikan keluhan dan kebutuhan klien, bersikap hormat dan sabar menghadapi klien, menghargai dan menghormati pendapat klien, membimbing klien dalam tindakan untuk memenuhi kebutuhannya, tulus dalam memberikan tindakan keperawatan.
- Menanamkan kepercayaan dan harapan (Faith – hope) Faktor karatif ini erat hubungannya dengan faktor karatif yang pertama yaitu nilai humanistik dan altruistik. Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun kuratif (Tomey & Alligood 2006). Peran perawat adalah meningkatkan kesejahteraan klien dengan membantu klien mengadopsi perilaku hidup sehat. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil. Alternatif tersebut dapat berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan spiritual. Penggunaan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara individu (Dwidiyanti, 2007). Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor kepercayaan dan harapan adalah memberikan informasi pada klien tentang tindakan keperawatan dan pengobatan yang akan diberikan, bersikap kompeten dalam melakukan prosedur/ tindakan, mengobservasi efek medikasi/ obat pada klien, memotivasi klien untuk menghadapi penyakitnya secara realistik, membantu klien untuk memenuhi keinginannya terhadap alternatif tindakan keperawatan dan pengobatan untuk memperoleh kesehatan klien selama tidak bertentangan dengan penyakit dan kesembuhan klien, mendorong klien untuk melakukan hal – hal yang positif dan bermanfaat untuk proses penyembuhan.
- Mengembangkan Sensitifitas Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain . Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik (Tomey & Alligood, 2006). Perawat juga perlu memahami bahwa pikiran dan emosi seseorang merupakan jendela jiwanya (Asmadi, 2008). Perawat harus belajar mengembangkan sifat sensitif dan peka terhadap perasaan pasien, sehingga dapat lebih ikhlas, otentik dan dan sensitif dalam memberikan asuhan keperawatan. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor sensitifitas adalah perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada klien, menunjukkan sikap penuh kesabaran dalam menghadapi keluhan klien, selalu siap membantu klien bila dibutuhkan.
- Membina Hubungan Saling Percaya dan Saling Membantu Hubungan saling percaya antara perawat dan klien akan meningkatkan penerimaan terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat – klien. Ciri–ciri hubungan saling percaya adalah harmonis, empati dan hangat. Perawat menunjukkan sikap empati dengan berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh klien dan sikap hangat dengan menerima orang lain secara positif. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor saling percaya dan saling membantu ini adalah perawat memberikan informasi yang jujur, memperlihatkan sikap empati dengan hangat pada klien, mengenalkan diri saat kontak dengan klien, menjelaskan tentang peran perawat, meyakinkan klien bahwa perawat selalu siap untuk membantu klien dalam proses penyembuhannya, menjaga privacy klien, membantu memenuhi kebutuhan klien dengan tulus.
- Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative Perasaan mempengaruhi pikiran seseorang. Hal ini perlu menjadi pertimbangan dalam memelihara hubungan. Perawat harus menerima perasaan klien serta memahami perilaku mereka (Asmadi, 2008). Perawat juga harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif dan negatif klien dengan cara memahami ekspansi klien secara emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor menerima ekspresi perasaan positif dan negatif adalah menyediakan waktu dan hadir didekat pasien untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan negatif klien, mendengarkan keluhan klien dengan sabar, memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan Perawat menggunakan proses keperawatan yang sistematis dan terorganisasi sesuai dengan ilmu dan kiat keperwatan untuk menyelesaikan masalah klien (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006). Watson percaya bahwa tanpa pemecahan masalah yang sistematis, praktik keperawatan yang efektif adalah hal yang kebetulan dan berbahaya. Metode pemecahan masalah ilmiah merupakan metode yang memberi kontrol dan prediksi serta memungkinkan untuk koreksi diri. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor pemecahan masalah yang sistimatis ini adalah perawat melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, membuat prencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah klien, memenuhi keinginan dan kebutuhan klien yang tidak bertentangan dengan kesehatannya, melibatkan pasien dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal Faktor ini adalah konsep penting dalam keperawatan, karena merupakan faktor utama ketika seseorang berusaha mengontrol kesehatan mereka sendiri setelah mendapatkan sejumlah informasi tentang kesehatannya (Watson, 1979 58 dalam Asmadi, 2008). Perawat memberikan informasi pada klien dan klien diberi tanggung jawab dalam proses kesehatan dan kesejahteraannya. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang bertujuan untuk memandirikan klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan memberikan kesempatan pada klien untuk perkembangan pribadinya. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor proses belajar mengajar ini adalah menetapkan kebutuhan personal klien, memberikan pengetahuan (pendidikan kesehatan) kepada klien, memberikan asuhan mandiri yaitu dengan mengajarkan cara memenuhi kebutuhan diri klien secara mandiri sesuai dengan kemampuan klien.
- Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan atau memeperbaiki mental. Sosiokultural, dan spiritual Perawat harus menciptakan lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu, seperti menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan keleluasaan pribadi pada klien. Perawat dapat memberikan dukungan situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang lebih akurat, serta memberi informasi sehingga klien dapat mengatasi masalahnya (Tomey & Alligood, 2006; Asmadi, 2008). Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor menyediakan lingkungan yang mendukung adalah perawat mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakitnya, memfasilitasi klien untuk bertemu dengan pemuka agama bila klien membutuhkan, membantu klien untuk menjalankan ibadah/ kegiatan agamanya, memotivasi klien untuk berdoa, membantu menghubungi keluarga yang dibutuhkannya.
- Membantu kebutuhan dasar manusia Perawat meyakini kebutuhan biophysical, psychophysical, psychosocial, dan intrapersonal klien. Kebutuhan biophysical seperti makan, eliminasi dan ventilasi. Kebutuhan psychophysical seperti kemampuan aktvitas dan seksualitas. Kebutuhan psychosocial seperti prestasi dan afiliasi. Kebutuhan intrapersonal seperti aktualisasi diri. Perawat membantu klien dengan senang hati ketika klien kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor membantu dalam kebutuhan dasar manusia ini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan nutrisi, eliminasi, higiene, memperhatikan kenyamanan dan keamanan lingkungan klien, sering mengunjungi klien, mengobservasi kondisi kesehatan dan kebutuhan klien secara teratur.
- Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologi Perawat membantu klien untuk mengerti kehidupan dan kematian, sehingga dapat membantu klien dalam menentukan koping yang baik dalam menghadapi berbagai situasi yang berhubungan dengan penyakitnya. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencerminkan faktor kekuatan eksistensial – fenomenologis ini adalah memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk melakukan kegiatan spiritual untuk penyembuhannya, memfasilitasi klien dan keluarga untuk melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya yang tidak bertentangan dengan kondisi kesehatan dan penyakitnya serta sesuai persetujuan medis , memotivasi klien untuk berserah diri pada Tuhan YME, menyiapkan klen dan keluarga saat menghadapi fase berduka. Secara umum sikap dan perilaku perawat yang berhubungan dengan penerapan karatif caring diantaranya adalah perawat harus memahami nilai – nilai kemanusiaan, mementingkan kebutuhan klien daripada kebutuhan pribadi, mengembangkan hubungan yang efektif dengan klien, lebih sensitif terhadap diri sendiri dan klien, membina hubungan yang harmonis, jujur, terbuka, hangat dengan klien, memahami persepsi klien, memberikan rasa aman dan nyaman pada klien, memenuhi kebutuhan dasar klien, mendengarkan keluhan klien dengan sabar, memberikan kekuatan pada klien.
Menurut Mcdaniel dalam Watson (2012), perilaku caring mempunyai tiga hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan iklas. Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat dan mengurangi kecemasan klien. Kedua hal tersebut dapat memperkuat mekanisme koping klien s e h i n g g a m e m a k s i m a l k a n p r o s e s penyembuhaan. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Aktifitas yang Menunjukkan Caring Perawattor caratif diharapkan dapat mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien dirawat inap. Peran perawat dalam meningkatkan hubungan antara perawatklien yang lebih efektif dalam meningkatkan kesehatan dan menolong klien beradaptasi dengan keadaan sehat sakit. Faktor ini merupakan gabungan dari nilai humanisticaltruistik dalam memfasilitasi promosi kesehatan melalui pemberian asuhan keperawatan secara holistik. Perawat harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien, memperoleh informasi klien yang dibutuhkan selama merawat klien, dan perawat harus mampu mendorong klien untuk menemukan harapan.
oleh SULISTYORINI, S.Kep.,Ns