Apakah Penyakit Berbahaya Selalu Disebabkan oleh Detak Jantung yang Lambat?
Jantung manusia memiliki banyak sistem listrik yang kompleks, yang menyebabkan detak jantung. Sinyal listrik melewati empat ruang jantung: atrium (dua di atas) dan ventrikel (dua di bawah). Denyut jantung, juga dikenal sebagai denyut nadi, adalah ukuran berapa kali jantung berdetak per menit (bpm). Sinyal ini mendorong jantung untuk berdetak dengan ritme yang stabil. Ini sangat bervariasi secara individual dan dapat berubah seiring waktu.
Saat beristirahat, orang dewasa memiliki 60–100 detak jantung per menit, yang merupakan nilai normal. Untuk mengetahui detak jantung normal Anda, duduklah diam selama lima hingga sepuluh menit dan hitung berapa kali jantung Anda berdetak dalam satu menit. Mengetahui detak jantung normal Anda, terutama jika Anda menderita penyakit jantung, dapat membantu Anda meningkatkan kualitas hidup Anda.
Ada banyak variabel yang dapat memengaruhi detak jantung, seperti usia, kesehatan, dan gaya hidup. Ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur, itu disebut aritmia, atau gangguan irama jantung. Ini dapat menyebabkan gejala seperti pusing, pingsan, dan sesak napas karena jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik, yang membuatnya berbahaya.
Sejenis aritmia yang ditandai dengan detak jantung yang lambat, biasanya kurang dari 60 detak per menit, dikenal sebagai bradykardia, dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kelelahan, sesak napas, atau bahkan pingsan karena jantung tidak mampu memompa darah dengan cukup banyak selama aktivitas atau olahraga.
Salah satu penyebab bradikardia dapat dikaitkan dengan masalah pada sistem kelistrikan jantung. Masalah pada nodus sinoatrial, yang berfungsi sebagai pacemaker alami jantung, dapat menyebabkan impuls listrik yang lebih lambat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan detak jantung yang kurang efisien. Bradikardia juga dapat disebabkan oleh jalur konduksi yang tidak berfungsi atau blok atrioventrikular.
Penyakit jantung bawaan, infeksi jaringan jantung, operasi jantung, hipotiroidisme, kerusakan akibat serangan jantung, dan penggunaan obat-obatan tertentu adalah faktor risiko lain yang dapat memengaruhi sistem kelistrikan jantung.
Atlet, misalnya, mengalami bradycardia, yang dianggap sebagai respons fisiologis terhadap tingkat kebugaran fisik yang tinggi, tidak selalu merupakan masalah kesehatan serius. Bradikardia, atau detak jantung kurang dari 60 denyut per menit, dapat terjadi pada atlet yang berlatih secara teratur dan intensitas tinggi. Adaptasi jantung terhadap latihan aerobik yang rutin dianggap sebagai penyebab fenomena ini.
Peningkatan volume darah yang dipompa jantung dapat dicapai melalui latihan aerobik yang teratur. Dengan kebugaran fisik yang meningkat, jantung atlet dapat memompa darah dengan lebih efisien dan tidak berdetak terlalu cepat saat istirahat. Akibatnya, beban kerja jantung berkurang dan detak jantung menjadi lebih lambat saat istirahat. Latihan rutin juga dapat berdampak pada sistem saraf otonom, yang mengatur detak jantung. Atlet sering mengalami tonus parasimpatis yang lebih tinggi, yang dapat menyebabkan detak jantung lebih lambat.
Dokter biasanya memulai diagnosis bradikardia dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mencatat riwayat kesehatan pasien. Selama pemeriksaan fisik, mereka akan memeriksa detak jantung pasien untuk mengidentifikasi kemungkinan anomali detak jantung. Selain itu, pasien diminta untuk menjelaskan secara detail gejala yang mungkin menunjukkan bradikardia. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) akan dilakukan untuk memastikan apakah ada kecurigaan atau hasil pengukuran jantung yang tidak normal.
Mungkin diperlukan monitor Holter jika ada irama jantung yang tidak normal. Perangkat portabel ini memungkinkan tim medis untuk memantau jantung pasien selama waktu yang lebih lama dan membantu dalam diagnosis gangguan jantung yang tidak normal di luar rumah sakit.
Pilihan tambahan seperti ekokardiografi dapat dipertimbangkan, tergantung pada gejala dan hasil tes diagnostik. Gelombang suara ditransmisikan ke jantung melalui mesin transduser dalam prosedur non-invasif ini, yang menghasilkan gambar visual.
Untuk diagnosis tambahan, pengujian dengan meja tilt dan latihan mungkin diperlukan untuk mengevaluasi hubungan antara detak jantung dan posisi fisik serta pengaruh olahraga terhadap detak jantung. Selain itu, studi elektrofisiologi dapat membantu memahami sistem kelistrikan jantung.
Gagal jantung, sering pingsan, atau sinkop, dan, dalam kasus ekstrem, serangan jantung adalah komplikasi bradikardia yang berbahaya. Pengobatan mungkin tidak diperlukan untuk bradycardia borderline atau sporadis. Beberapa pilihan pengobatan dapat dipertimbangkan untuk kasus yang lebih parah. Misalnya, rejimen pengobatan dapat diubah atau dihentikan jika efek samping dari pengobatan menyebabkan perlambatan detak jantung. Pemasangan alat pacu jantung biasanya dapat mengatur ritme jantung dan mempercepat detak jika diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa detak jantung yang lambat tidak selalu merupakan masalah serius, terutama jika terjadi selama 40 hingga 60 detak per menit saat beristirahat. Namun, jika Anda mengalami gejala ini atau detak jantung yang lambat terjadi secara teratur, konsultasikan dengan dokter Anda untuk pemeriksaan tambahan dan perawatan yang sesuai. Jika Anda ingin hidup dengan kualitas terbaik, Anda harus menjaga kesehatan jantung Anda.
Jika Anda memiliki keluhan kesehatan dan membutuhkan penanganan untuk penyakit yang Anda alami, Anda bisa berkunjung ke RSI A. Yani agar segera mendapatkan penanganan yang sesuai dengan penyakit Anda.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi kami di:
- (031) 8284505
Atau Anda bisa mengunjungi RSI A. Yani di Jl. Achmad Yani No.2-4, Wonokromo, Surabaya