Boleh dikatakan dokter Rehab mirip dengan dokter orthopedi tetapi tanpa pisau, mirip dengan reumatologis, pulmonologis-cardiologis, pediatris dan neurologis tetapi minim obat-obatan. Dokter Rehab tidak mengambil peran dari dokter spesialis tersebut, tetapi menjadi partner sepadan di dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pasien.
Dokter Rehab Medik mungkin sudah dikenal di masyarakat karena penanganan nyeri lutut dan nyeri punggung bawah yang komprehensif. Boleh dikatakan cakupan kompetensi dokter rehab jauh lebih luas dari sekedar dua kasus tersebut diatas. Dokter Rehab menangani pasien dari bayi lahir sampai pasien lanjut usia. Kasus saraf, kasus otot-tulang-sendi, kasus jantung paru, kasus cedera olahraga, kasus lansia, pasien amputasi dan kasus gangguan tumbuh kembang anak.
Di dalam praktek sehari-harinya, dokter Sp.KFR bekerja sebagai pemimpin tim yang terdiri dari, fisioterapis, okupasional terapis, terapi wicara, pekerja sosial, ortotis prostetis (pembuat alat bantu – pengganti bagian tubuh palsu), perawat medis, psikolog dan perawat. Dokter rehab akan mengumpulkan problem list pasien dari masalah dengan mobilitas, aktivitas merawat diri, komunikasi, psikologi, sosioekonomi, pekerjaan dan mencari solusinya.
Hal lain yang membedakan dokter rehabilitasi medik dengan dokter spesialisasi lainnya adalah dokter Rehab memandang pasien tidak saja dari segi penyakit tetapi juga dari segi fungsi dan bersifat holistik. Seorang pasien yang sudah stabil dari serangan jantung koroner misalnya, sepulang dari rawat inap mendapat resep obat hingga tekanan darah ataupun keluhan nyeri dada hilang. Tetapi bagaimana pasien tersebut menjalani hidupnya, bagaimana pasien bisa kembali ke performance semula, kapan diperbolehkan melakukan hubungan seks, aktivitas apa saja yang diperbolehkan, bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan dan kapan diperbolehkan bekerja kembali menjadi peran dokter Rehab. Dokter Rehab memandang pasien dari segi penyakit dan FUNGSIONALnya.
Hidup bahagia dengan mengetahui cara merawat kesehatan kita