Spesialis saraf selayaknya mempunyai kemampuan untuk mengukur nyeri dan dampaknya pada pasien. Konsep lama yang menyatakan bahwa nyeri hanya bisa dirasakan atau dilaporkan oleh penderita (subjektif) hendaknya mulai ditinggalkan karena saat ini, demi penanganan nyeri yang adekuat, kita harus bisa menerjemahkan keluhan subjektif itu ke hal yang objektif, dapat diukur, dalam berbagai aspek, supaya kita mengerti apa yang harus kita lakukan, demi supaya pasien mendapatkan yang terbaik. Field mengungkapkan pentingnya assessment nyeri dengan ungkapan “if you don’t measure it, you can’t improve it”. (Yudiyanta & Meliala, 2008). Follow up neurologis sering memegang peranan penting dalam memonitor terapi. Spesialis saraf mempunyai keahlian dalam pemberian terapi farmaka yang cukup rumit, termasuk dalam kasus nyeri.
Dokter ahli saraf disebut juga neurologis. Dokter ini akan fokus memeriksa dan menangani sistem saraf manusia, termasuk di dalamnya otak dan saraf tulang belakang. Seorang ahli saraf akan memeriksa bagian saraf yang penting bagi tubuh manusia. Antara lain seperti:otak dan saraf tulang belakang
Selama konsultasi lanjutan berlangsung, dokter ahli saraf akan meninjau riwayat kesehatan pasien, terutama jika konsultasi awal dilakukan beberapa minggu atau bulan yang lalu. Pasien akan diminta untuk memberitahukan tentang masalah, tanda, atau gejala yang mengganggu pasien, serta perawatan di rumah sakit atau prosedur pembedahan yang telah dijalani baru-baru ini. Dokter saraf juga akan bertanya tentang obat yang dikonsumsi pasien untuk mengobati penyakit lain.
Diskusi tersebut biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan neurologis. Tes yang diberikan dapat bervariasi, tergantung pada keluhan utama, riwayat gangguan, pengobatan, dan penanganan yang pernah dilakukan. Akan tetapi, pemeriksaan ini setidaknya akan mencakup salah satu tes berikut:
• Pemeriksaan motorik – Tes ini melibatkan pemeriksaan kekuatan dan pergerakan otot pasien. Tes ini juga dapat dilakukan untuk memeriksa refleks otot pasien.
• Pemeriksaan sensorik – Seperti namanya, tes ini melibatkan pemeriksaan indera pasien. Sebagai contoh, dokter dapat memeriksa indera peraba pasien dengan menggunakan getaran.
• Pemeriksaan mental – Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah pasien yang memiliki masalah memori telah mengalami perkembangansejak konsultasi terakhir, atau jika ingatannya telah terganggu oleh gangguan saraf.
• Pemeriksaan kranial – Tes ini melibatkan pemeriksaan gerakan mata dan otot-otot wajah.
• Pengujian serebelum (otak kecil) – Tes ini memeriksa koordinasi otot dan motorik pasien.
Setelah pemeriksaan saraf selesai, dokter dapat meminta pasien untuk menjalani tes diagnostik atau prosedur pencitraan untuk memantau respon pasien terhadap pengobatan atau perkembangan gangguan yang diderita. Dengan melakukan konsultasi lanjutan, dokter ahli saraf dapat memastikan diagnosis awal atau hanya memantau kondisi pasien dan membantu dokter umum untuk membentuk rencana pengobatan yang lebih baik. Tes diagnostik mencakup sinar-X, pemindaian tomografi terkomputasi (CT scan), pencitraan resonansi magnetic (MRI), USG karotid, USG Doppler, dan myelogram.
Jagalah kesehatan Anda