i-nose c-19 Siap Diuji Cobakan, RSI Jemursari Terima 4 Alat untuk Uji Profiling

February 24, 2021 by RSI A.YANI
duta-masyarakat-1200x1200.jpg

• Duta Masyarakat 24/02/2021 hlm.12

SURABAYA – Perjalanan alati novasi canggih untuk skrining Covid-19, i-nose c-19, masih terus berlanjut. Alat yang dikembangkan oleh guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD dantim itu, saat ini dalam tahapan penambahan sampel untuk proses uji profiling.

Dalam rangka penambahan sampel, Prof Riyanarto dan tim melakukan penyerahan empat alat i-nose c-19 di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya. Selain bersama tim, Prof Ryanarto ini juga ditemani Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS Prof Dr Ir Muhammad Nuh dan Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS Agus Muhamad Hatta ST MScPhD. Tak ketinggalan, hadir pula Direktur Utama RSI Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka, SpOG-K. Peresmian penyerahan alat dan uji profiling ini juga ditujukan pada RSI Ahmad Yani,Surabaya.

Dalam sambutannya, Prof Muhammad Nuh mengatakan, penyerahan alat ini ke RSIJemursari sebagai bagian dari perjalanan i-nose c-19. Setelah didemokan di Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek),saat ini berlanjut untuk melangkah ke tahap selanjutnya,yaitu pengambilan sampel dan melakukan pengujian dibeberapa rumah sakit.

Selain di RSI Jemursari danRSI Ahmad Yani, tim i-nosec-19 juga telah bekerja sama dengan RSUD dr Soetomo dan National Hospital. “Inovasi barubisa punya makna ketika sudah bisa dipakai di publik, maka dari itu ini saatnya buat i-nose untuk diujikan ke publik,” tuturmantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014 ini. Sebagai Principal Inventor, Ryan juga menyampaikan perhatiannya pada masa pandemi yang menuntut untuk segera menghadirkan inovasi baru sebagai bentuk usaha bertahan di situasi ini. Namun, ia menambahkan bahwa untuk menghidupkan inovasi tidaklah mudah, tanpa penelitian yang lanjut maka bisa tertinggal dengan yang lain. “Sama halnya dengan alat skrining Covid-19, yang semakin hari semakin banyak macam dan metodenya dari rapid antigen sampai PCR,”jelasnya.

Namun, guru besar Teknik Informatika ITS ini menegaskan bahwa inovasi alat skrining Covid-19 melalui bau keringat ketiak ini bukan sebagai pengganti tes swab PCR. Tetapi hanya alat skrining atau deteksi awal Covid-19 sebelum seseorang melakukan swab PCR dan sebagai alternatif untuk mempercepat prosess krining. “Cara kerja i-nose c-19pun berbeda dengan rapid test berbasis antibodi maupun rapidantigen,” papar Ryan.

Tak hanya sampai di situ, iamelanjutkan bahwa i-nose c-19saat ini keefektifannya sudah mencapai minimum 91 persen.“Diharapkan dengan semakin banyaknya sampel yang diuji cobakan pada alat ini nantinya semakin dapat membantu keakuratannya,” ungkapnya. Mengingat, i-nose c-19 mendeteksi bau yang berasal dari Volatile Organic Compound (VOC) yang terdapat dalam keringat ketiak, pengambilan sampel dilakukan dengan menghisap bau keringat melalui selang kecil. Kemudian disalurkan ke deretan sensor (sensor array) pada i-nose c-19. Setelah itu, gas bau tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan diolah menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Karena itu, dibutuhkan banyak uji coba dengan berbagai macam orang dengan kondisi tertentu, seperti orang yang terkena penyakit TBC namun negatif covid, orang yang positif covid namun tidak ada gejala dan lain-lain. Dalam hal ini akan menambah keakuratan dan keefektifan dari alat tersebut. Penyerahan hibahi-nose  c-19 ini mendapatkan sambutan baik dari pimpinan RSI. Dirut RSI Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka SpOG-K menyadari bahwa Covid-19 telah mempengaruhi seluruh dunia. Begitu juga seluruh dunia sedang berlomba untuk menggalakkan inovasi guna mendeteksi virus ini. “Dengan tes swab PCR yang ada sebenarnya sudah mudah bagi masyarakat untuk mengetahuinya,” katanya.

Namun ia mengatakan, tidak semua orang bisa mengeluarkan biaya untuk melakukan tes yang harganya masih terhitung mahal ini. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa diagnosis dengan cari ini masih menjadi masalah.“Dengan hadirnya i-nose c-19 ini luar biasa menjawab kebutuhan, juga sudah memenuhi kaidah skrining sehingga bisa dipakai untuk massa,” tandasnya. Nantinya, empat alat i-nosc-19 ini akan diletakkan diruang rawat inap dua unit dandi ruang rawat jalan dua unit. Karena ini untuk mendukung penelitian dari i-nose c-19, menurut Bangun, maka untuk pengaplikasiannya nanti, orang orang yang akan dites harus sudah di-swab PCR terlebih  dulu. Hal ini berlaku untuk pasien dari luar maupun dari RSI sendiri. “RSI beruntung bisa diikut sertakan dalam penelitian ini, ke depannya diharapkan bisa dijadikan tools karena murah dan cepat,” ucapnya bahagia.

Terakhir, Direktur DRPM ITS Agus Muhamad Hatta ST MSc PhD atau yang akrab disapa Hatta juga turut memberikan rasa terima kasihnya kepada pihak RSI yang sudah menjadi katalis yang baik bagi pengembangan i-nose c-19.“ Diharapkan selama proses pengujian ini bisa berjalan denganbaik dan nantinya bisa sesuai dengan yang diinginkan,” ungkap Hatta penuh harap. • ril/end

rsi lam putih

Kesembuhan datang dari Allah, keselamatan dan kepuasan pasien tanggung jawab kami

Recent Posts

CopyRight, 2024 | Managed by Markbro

WeCreativez WhatsApp Support
Tim Customer Care Kami. Siap membantu!
Assalamu'alaikum, Apa yang bisa kami bantu?