Post-power syndrome adalah kondisi kejiwaan yang biasanya dialami oleh mereka yang kehilangan kekuasaan atau posisi mereka. “Kekuatan” dalam post-power syndrome tidak berarti pekerjaan atau kekuasaan. Meskipun dia digambarkan sebagai orang yang aktif dan memiliki banyak kegiatan, dia merasa tidak nyaman ketika semua itu tiba-tiba hilang. Oleh karena itu, post-power syndrome adalah sindrom individu yang tidak dapat menerima perubahan. Dan dia tidak mau perubahan yang melibatkan kehilangan aktivitas, kekuasaan, harta, dan sebagainya.
Ketika seseorang mengalami post-power syndrome, mereka terus membayangkan apa yang mereka capai di masa lalu dan membandingkannya dengan apa yang mereka capai saat ini. Hal ini dapat menyebabkan depresi dan menurunkan rasa percaya diri. Kondisi ini biasanya dialami oleh mereka yang baru saja pensiun dari pekerjaan mereka. Sebagian orang melihat pekerjaan sebagai cara untuk menjadi bahagia atau sukses, tetapi ada juga orang yang melihat pekerjaan sebagai kesempatan untuk bersosialisasi dan belajar berpikir.
Reaksi negatif yang muncul setelah purna bakti, seperti merasa minder, tidak termotivasi, atau bahkan hilang, dikenal sebagai post-power syndrome. Suadirman menambahkan bahwa sindrom setelah kekuasaan adalah hasil dari berakhirnya posisi atau kekuasaan. Penderitanya tidak bisa berpikir realistis atau menerima kenyataan bahwa mereka tidak lagi memangku posisi tersebut. Wardhani menjelaskan bahwa post power syndrome hampir selalu dialami oleh orang yang pensiun, terutama orang tua. Namun, beberapa orang melaluinya dengan cepat dan dapat menerima kondisi baru mereka dengan tenang dan tulus. Namun, dalam situasi tertentu, ketika seseorang tidak dapat menerima kenyataan, terutama ketika pensiun dipaksakan dan bukan karena kesadaran bahwa mereka harus pensiun, resiko post power syndrome meningkat.
Gejala Post Power Syndrome
Tiga kategori gejala post power syndrome adalah fisik, emosional, dan perilaku. Secara fisik, penderita ditandai dengan penampilan yang tidak sehat, tidak ceria, dan rentan terhadap penyakit fisik seperti flu atau demam. Di sisi lain, gejala emosional termasuk mudah tersinggung, lebih suka menyendiri, cenderung pemurung, sering marah atau tersinggung jika tidak dihargai. Gejala lainnya termasuk perasaan hampa, kecewa, bingung, sedih, kesepian, dan takut.
Perubahan dalam perilaku penderita dapat menunjukkan gejala perilaku. Misalnya, mereka dapat menjadi lebih pendiam dan pemalu, atau sebaliknya, mereka dapat terus membanggakan prestasi karir masa lalu mereka. Dalam menghadapi masa pensiun, orang yang mengalami Post Power Syndrome cenderung mengalami kegelisahan dan kekhawatiran yang berlebihan, yang membuat mereka keluar dari zona nyaman mereka. Jika tidak ada persiapan yang memadai, ini dapat mengganggu keseimbangan mental seseorang. Pensiun tidak hanya mengubah keadaan keuangan Anda, tetapi Anda juga kehilangan perasaan Anda memiliki “kekuasaan” dan kontrol atas orang lain. Kekhawatiran dan kegelisahan dapat membahayakan tidak hanya diri sendiri tetapi juga anggota keluarga jika gejala ini tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk memasuki masa pensiun dengan tenang.
Beberapa gejala ringan post power syndrome yang disebutkan oleh Cahyaningrum adalah rambut beruban lebih cepat, keriput, kemurungan, sakit, dan kelelahan. Gejala emosi: mudah tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan sosial, mudah depresi dan cemas. Gejala perilaku: malu bertemu orang lain, mudah melakukan kekerasan terhadap orang lain, menunjukkan kemarahan di mana mereka berada, agresif dan suka menyerang.
Penanganan Post Power Syndrome
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah post-power syndrome adalah:
- Sebelum pensiun, mulailah mengurangi pekerjaan Anda secara bertahap.
- Mendekati masa pensiun dengan memperoleh keterampilan atau minat baru
- Menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman dan keluarga
- Mengambil asuransi kesehatan usia lanjut sebelum pensiun
- Daftarkan hal-hal yang ingin Anda lakukan selama Anda tetap bekerja
- Menyusun rencana untuk aktivitas setelah pension
Jika Anda memiliki keluhan kesehatan dan membutuhkan penanganan untuk penyakit yang Anda alami, Anda bisa berkunjung ke RSI A. Yani agar segera mendapatkan penanganan yang sesuai dengan penyakit Anda.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi kami di:
Atau Anda bisa mengunjungi RSI A. Yani di Jl. Achmad Yani No.2-4, Wonokromo, Surabaya